Pages

Kamis, 12 Juni 2014

Reproduksi (Replikasi Virus)


Partikel virus diluar sel inang tidak mempunyai kegiatan metabolic yang mandiri dan tidak mampu bereproduksi melalui proses-proses yang khas bagi jasad-jasad renik lain. perbanyakan berlangsung dengan replikasi yaitu protein virus beserta komponen-komponen asam nukleatnya bereproduksi didalam sel-sel  inang yang rentang.
Proses keseluruhan infeksi itu dapat digambarkan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut : virion melekat pada suatu sel inang yang rentan pada situs-situs yang kurang lebih spesifik. seluruh virus atau asam nukleatnya menembus masuk kedalam sel itu. Bila yang menembus masuk kedalam sel itu seluruh virus, maka harus terjadi pelepasan selubung virus terlebih dahulu untuk membebaskan asam nukleatnya.
Reproduksi virus terjadi didalam sitoplasma, didalam inti ayau dikedua-duanya. Protein serta komponen-komponen asam nukleat virus dirakit menjadi partikel virus dan dibebaskan menjadi sel inang. Dengan demikian maka langkah-langkah infeksi virus yaitu pelekatan atau adsorpsi,  penetrasi dan pelepasan selubung, replikasi dan biosintesis komponen virus, Perakitan dan pematangan, pembebasan
Proses Replikasi Virus pada Siklus Litik
            Untuk berkembangbiak, virus memerlukan lingkungan sel yang hidup. Virus hanya dapat berkembang biak (bereplikasi) pada medium yang hidup (embrio, jaringan hewan, jaringan tumbuhan). Karena virus tidak memiliki sistem enzim dan tidak dapat bermetabolisme, maka virus tidak dapat melakukan reproduksi sendiri. Untuk berkembangbiak mereka harus menginfeksi sel inang. Ada dua macam cara menginfeksi virus yaitu fase litik dan fase lisogenetik. Berikut akan diuraikan kedua macam daur hidup virus terutama penginfeksi bakteri dan fage. Daur litik, virus akan menghancurkan sel hospes setelah berhasil melakukan replikasi. Adapun tahapanya sebagai berikut:

1)   Fase adsorbsi/ attachment/ pelekatan
Pelekatan virus merupakan proses interaksi awal antara partikel virus dengan molekulreseptor pada permukaan sel inang. Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik antara molekul reseptor seluler dengan antireseptor pada virus. Beberapa jenis virus memerlukan molekul lainnya untuk proses pelekatan yaitu koreseptor.
Molekul reseptor yang target pada permukaan sel dapat berbentuk protein (biasanya glikoprotein) atau residu karbohidrat yang terdapat pada glikoprotein atau glikolipid.  Beberapa virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki lebih dari satu reseptor sehingga mempunyai beberapa rute untuk berikatan dengan sel. Reseptor virus mempunyai beberapa kelas yang berbeda :
·         molekul immunoglobulin-like superfamily
·         reseptor terkait membrane
·         saluran dan transporter transmembran

2)   Fase injeksi/ penetration
 Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam nukleatnya (DNA dan RNA) masuk kedalam sel. Jadi, kapsid virus tetap berada diluar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid lepas dan tidak berfungsi lagi. Penetrasi terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan virus pada reseptor di membran sel. Proses ini memerlukan energi Tiga mekanisme yang terlibat:
·         Translokasi partikel virus
Proses translokasi relatif jarang terjadi di antara virus dan mekanisme belom sepenuhnya dipahami benar, kemungkinan diperantarai oleh protein di dalam virus kapsid dan reseptor membran spesifik.
·         Endositosis virus ke dalam vakuola intraseluler
proses endositosis merupakan mekanisme yang sangat umum sebagai jalan masuk virus ke dalam sel. Tidak diperlukan protein virus spesifik selain yang telah digunakan untuk pengikatan reseptor.
·         fusi dari envelope dengan membran sel (untuk virus yang berenvelope)
Proses fusi virus berenvelop dengan membran sel baik secara langsung maupun dengan permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam sitoplasma. Diperlukan adanya protein fusi spesifik dalam envelop virus, misalnya : HA influenza dan glikoprotein transmembran(TM) Rhinovirus.

3)   Fase sintesis
Virus tidak memiliki “mesin” biosintetik sendiri. Virus akan menggunakan mesin biosintetik inang (misalnya bakteri) untuk melakukan kehidupanya. Karena itu, pengendali biosintetik bakteri yakni DNA bakteri, harus dihancur-hancurkan. Untuk itu DNA virus memproduksi enzim penghancur. Enzim penghancur akan menghancurkan DNA bakteri tapi tidak menghancurkan DNA virus. Dengan demikian bakteri tidak mampu mengendalikan mesin biosintetik sendiri.
 DNA viruslah sangat berperan, DNA virus mengambil alih kendali kehidupan. DNA virus mereplikasikan diri berulangkali dengan jalan menkopi diri membentuk DNA virus dengan jumlah banyak. Selanjutnya DNA virus tersebut melakuakn sintesis protein virus yang akan dijadikan kapsid dengan menggunakn ribosom bakteri dan enzim-enzim bakteri. Jelasnya, didalam sel bakteri yang tidak berdaya itu disintesis DNA virus dan protein yang akan dijadikan sebagai kapsid virus, dalam kendali DNA virus.

4) Fase perakitan/assembly
Kapsid yang disintesis mula-mula terpisah-pisah antara bagian kepala, ekor, dan serabut ekor. Bagian-bagian kapsid itu dirakit menjadi menjadi kapsid virus yang utuh, kemudian DNA virus masuk didalamnya. Kini terbentuklah tubuh virus yang utuh. Jumlah virus yang tebentuk 100-200 buah.
Perakitan merupakan proses pengumpulan komponen-komponen virion pada bagian khusus di dalam sel. Selama proses ini, terjadi pembentukan struktur partikel virus. Proses ini tergantung kepada proses replikasi di dalam sel dan tempat di mana virus melepaskan diri dari sel. mekanisme perakitan bervariasi untuk virus yang berbeda-beda. Contoh : proses perakitan Picornavirus,Poxvirus, dan Reovirus terjadi di sitoplasma, sementara itu proses perakitan Adenovirus , Poliovirus, dan Parvovirus terjadi di nukleus.

5)   Fase Pematangan
Pematangan merupakan tahap dari siklus hidup virus dimana virus bersifat infeksius. pada tahap ini terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang kemungkinan dihasilkan oleh pemecahan spesifik protein kapsid untuk menghasilkan produk yang matang. protease virus danenzim seluler lainnya biasanya terlibat dalam proses ini.

6) Fase litik/release
            Ketika perakitan virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim lagi, yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri hancur, dinding sel bakterimengalami lisis (pecah), dan virus-virus baru akan keluar untuk mencari inang yang lain. Fase ini merupakan fase lisisnya sel bakteri namun bagi virus merupakan fase penghamburan virus.
            Penelitian pada fag yang menyerang bakteri Esherichia coli menunjukkan bahwa ada virus yang mengakibatkan bakteri mengalami lisis dan ada yang tidak. Virus T4 mengakibatkan bakteri mengalami lisis dan karenanya daur hidup virus tersebut disebut sebagai daur litik. Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan diri dari sel inang melalui dua mekanisme :
·         untuk virus litik (semua virus non-selubung), pelepasan merupakan proses yang sederhana, dimana sel yang terinfeksi terbuka dan virus keluar.
·         untuk virus berselubung, diperlukan membran lipid ketika virus keluar dari sel melewati membran , proses ini dikenal sebagai budding.

Proses Replikasi Virus pada Siklus Lisogenik
            Daur lisogenik merupakan fase replikasi dimana virus tidak menghancurkan sel bakteri. Pada siklus ini sel inangnya tidak hancur tetapi disisipi oleh asam nukleat dari virus. Tahap penyisipan tersebut kemudian membentuk provirus. Adapun tahapanya sebagai berikut: 

1)   Fase adsorbsi
            Fase adsorbsi ditandai dengan melekatnya ekor virus pada dinding sel bakteri. Virus menempel hanya pada tempat-tempat khusus, yakni pad permukaan dinding sel bakteri yang memiliki protein khusus yang dapat ditempeli protein virus. Menempelnya virus pada protein diding sel bakteri itu sangat khas, mirip kunci dan gembok. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah menempel, virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri dan sel inang.
2)   Fase injeksi/penetration
            Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam nukleatnya (DNA dan RNA) masuk kedalam sel. Jadi, kapsid virus tetap berada diluar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid lepas dan tidak berfungsi lagi.
3)   Fase penggabungan
            Ketika memasuki fase injeksi, DNA virus masuk kedalam tubuh bakteri. Selanjutnya, DNA bakteri atau melakukan penggabungan. DNA bakteri berbentuk silkuler, yakni seperti kalung yang tidak berujung dan berpangkal. DNA tersebut berupa benang ganda yang terpilin. Mula-mula DNA bakteri putus, kemudian DNA virus menggabungkan diri diantara benang yang putus tersebut, dan akhirnya membentuk DNA sikuler baru yang telah disisipi DNA virus. Dengan kata lain, didalam DNA bakteri terknadung DNA genetik Virus.
4)   Fase pembelahan
            Dalam keadaan tersebut itu, DNA virus tidak aktif, yang dikenal sebagai profag. Karena DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri, maka jika DNA bakteri melakukan replikasi, profag juga ikut melakukan replikasi. Misalnya saja jika bakteri akan membelah diri, DNA menhkopi diri dengan proses replikasi. Dengan proses replikasi. Dengan demikian profag juga ikut terkopi. Terbentuklah dua sel bakteri sebagai hasil pembelahan dan didalm setiap sel anak bakteri tekandung profag yang identik. Demikian seterusnya hingga proses pembelahan bakteri berlangsung berulangkali sehingga setiap sel bakteri yang terbentuk didalam terkadung profag. Dengan demikian jumlah profag mengikuti jumlah sel bakteri yang ditumpanginya.
5)   Fase sintesis
            karena radiasi atau pengaruh zat kimia tertentu profag taktif. Profag tersebut memisahkan diri dari DNA bakteri, kemudian menghanacurkan DNA bakteri. Selanjutnya, DNA virus mengadakan sintesis yakni mensintesis protein untuk digunakan sebagi kapsid bagi virus-virus baru dan juga melakukan replikasi DNA sehingga DNA virus menjadi banyak.
6)   Fase perakitan
            Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungsi sebagai selubang virus. Kapsid yang terbentuk mencapai 100-200 kapsid baru. Selanjutnya DNA hasil replikasi masuk ke dalamnya guna membentuk virus yang baru. Setelah terbetuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri (uraian sama dengan daur litik). Virus-virus yang terbentuk berhamburan keluar sel bakteri guna menyerang bakteri baru. Dalam daur selanjutnya virus dapat mengalami daur litik atau daur lisogenik.



Taksonomi Tumbuhan Tinggi
Klasifikasi kremek
Kingdom: Plantae
     Subkingdom: Tracheobionta
         Super Divisi: Spermatophyta
             Divisi: Magnoliophyta
                 Kelas: Magnoliopsida
                     Sub Kelas: Hamamelidae
                         Ordo: Caryophyllales
                             Famili:
Amaranthaceae
                                 Genus:
Alternanthera
                                     Spesies: Alternanthera sessilis

Alternanthera sessilis  (daun kremah) yang termasuk family Amaranthaceae (suku bayam-bayaman) yang memiliki batang merah keunguan, jika bagian bunga di pisahkan satu persatu dari bagiannya praktikan akan menemukan biji yang masih muda berwarna putih dan akan berwarna hitam jika sudah tua. praktikan belum bisa menemukan buah Alternanthera sessilis  (daun kremah).







Berdasarkan pengamatan praktikan, ciri khusus dari Alternanthera sessilis :
ü  batang berwarna merah, maka Alternanthera sessilis (daun kremek) di golongkan ke  Famili Amaranthaceae (suku bayam-bayaman)
ü  daun berhadapan selang-seling (pada setiap ruas di batang terdapat dua helai daun yang berhadapan)
ü  terkadang disetiap ruasnya terdapat akar serabut

Berdasarkan artikel Kandungan kimia: Zat lendir; Kalium oksalat
Resep tradisional :
Ø  Peradangan perut
Herba kremah 3 pucuk; Air 110 ml, Diseduh, Diminum 3 kali sehari; tiap minum 100 ml
Mencegah uban
Ø  Herba kremah beberapa pucuk; Air secukupnya, Diseduh, Setelah dingin digosokkan pada kulit kepala

  
Deskripsi Daun dan Bunga

Daun Alternanthera sessilis (Daun Kremek) bisa dikatakan  majemuk berhadapan karena tata letak daun pada setiap buku-buku di batang terdapat dua daun yang  berhadap-hadapanan, daun berwarna hijau, bentuk daun lonjong, ujung dan pangkal runcing, peruratan daun menyirip, tekstur daun tipis lunak (Herbaceus), permukaan daun suram atau  tidak licin.

Alternanthera sessilis memiliki Perbungaan bentuk bulir yang tumbuh diketiak daun dan diujung batang, mahkota bunga berwarna putih kehijauan. dalam satu tanaman tidak hanya memiliki satu bunga.

Menurut tjitrosoepomo (2005) , bunga  menurut tempatnya  bisa dibedakan menjadi dua yaitu : bunga pada ujung batang (flos terminalis) dan bunga yang tumbuh di ketiak daun  (flos lateralis atau flos axilaris)





PUASA
sistem pertahanan tubuh orang yang berpuasa lebih baik dari pada orang yang tidak berpuasa, terutama pada kinerja otot, hati, pencernaan, dan pernapasan. dengan sistem petahanan tubuh yang lebih baik, orang yang berpuasa dapat menahan tekanan kejiwaan serta lebih baik disbanding orang yang tidak berpuasa. itu disebabkan oleh perbedaan sumber energy dalam tubuh mereka. kendati demikian, apabila rentang waktu berpuasa melebihi ketentuan syariat, misalnya sehari semalam atau lebih dari pada 14 jam maka pertahanan tubuh dan sisitem jaringan otot akan melemah.

puasa akan melebur cairan minyak dalam tubuh sehingga menambah tingkat keasaman minyak yang panas dalam darah. tingkat keasaman inilah yang menjadi  sumber energy orang yang sedang berpuasa menggantikan fungsi glukosa pada orang yang tidak berpuasa kondisi ini dapat membantu mengurangi kerusakan sistem glukosa pada setiap jaringan otot dan hati ketika orang yang berpuasa melakukan aktivitas, puasa juga dapat meningkatkan kandungan glukosa dalam darah, yang jika kadarnya berkurang akan menyebabkan letih dan lemah. kebutuhan tubuh energy manusia baik yang berpuasa maupun tidak dipenuhi dari kandungan glukosa dalam darah. jika orang yang berpuasa dan yang tidak berpuasa melakukan suatu pekerjaan  dan dalam kondisi yang relative sama maka tenaga yang terkuras pada orang yang tidak berpuasa akan lebih besar dibandingkan orang yang berpuasa.

selain itu orang yang berpuasa cenderung memiliki kondisi kejiwaan yang lebih tenang dan stabil, kesadaran yang tinggi, perasaan yang lebih dekat kepada sang pencipta, senang melakukan ibadah, lebih bersimpati dan mengasihi orang lain dan merasa lepas dari berbagai tekanan . kondisi seperti itusecara signifikan dapat menambah hormone positif dalam tubuh manusia seperti andropin yang mamapu menguatkan sisitem kekebalan tubuh. dengan demikian orang yang berpuasa tidak akan merasa cepat letih dan lemah. semua itu menegaskan kebenaran sabdaRasulullah saw, “berpuasalah, niscaya kalian sehat!”.

ketika berpuasa orang menghentikan aktivatas tertentu sperti makam dan minum. dalam keadaan seperti itu beberapa organ tubuh dapat beristirahat. berpuasa juga dapat menguras dan dan menghilangkan banyak lemak, minyak, keringat, lender, angin, virus, parasit dan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh. semua itu termasuk zat dan materi yang merusak  kesehatan manusia tertama jika zat dan senyawa itu menggumpal pada tubuh manusia dalam jumlah yang besar. karenanya diperlukan langkah untuk membersihkan tubuh secara berkala dari berbagai objek yang merugikan. tehnik pembersihan yang paling baik adalah berpuasa. nabi Muhammad saw senantiasa mengingatkan ummatnya untuk menjaga diri dari sikap berlebihan dalam segala hal, termasuk dalam urusan mngkonsumsi makananan dan minuman.
“PROSES BIOGENESIS ORGANEL MIKROTUBULER”

Sitosol memiliki sitoskeleton yang terdiri dari mikrotubul, mikrofilamen, dan filament intermediat. Mikrotubul merupakan bagian sitoskeleton yang dekat dengan inti (bagian yang tergenang didalam sitosol), tersusun dari molekul protein (tubulin). Tubulin tersebut bersifat motor protein. Sifat mikrotubul dibagi menjadi 2, yaitu mikrotubul stabil dan mikrotubul labil.  Mikrotubul stabil lebih tahan terhadap bermacam perlakuan (tidak mudah terurai menjadi dimer-dimer). Tubulin stabil akan membentuk flagel dan silia. Mikrotubul labil mudah terbentuk tetapi mudah terurai sehingga akan mengalami pembelahan, biasanya rentang pada beberapa bahan kimia tertentu, mikrotubul labil ialah mikrotubul pembentuk gelendong pembelahan.

Molekul tubulin terdiri dari tubulin alpha (α) dan tubulin beta(β). Kedua tubulin tersebut merupakan monomer yang membedakan diantara keduanya hanya strukturnya. Monomer tersebut akan membentuk ikatan kovalen yang saling berpautan sedemikian rupa. Susunan paralel dari mikrotubul α  dan mikrotubul β disebut heterodimer. Kumpulan dari heterodimer disebut protofilamen. Protofilame, akan menjadi mikrotubul yang fungsional.

Mikrofilamen merupakan protein kontraktil yang berperan untuk gerakan dalam sitoplasma, misalnya aliran sitoplasma pada sel tumbuhan, dan gerak ameboid. Organela mikrotubuler sentriol, silia, flagel. Dalam satu sel terdapat satu pasang sentriol yang saling tegak lurus. Sentriol tersusun dari 9 set mikrotubula yang tersusun dalam lingkaran. Masing-masing set tersusun dari 3 mikrotubula yang menyatu disebut triplet. Sentriol tidak memiliki mikrotubul sentral hanya terdapat 9 set mikrotubul tepi (memiliki pola 9+0). Fungsi sentriol sebagai bagian dari MTOC (microtubule organizing center) dan sebagai tubuh basalis. Sebagian besar sel hewan memiliki MTOC utama disebut sentrom yang terletak didekat inti, mengandung sepasang sentriol yang tersusun saling tegak lurus menyerupai huruf L.

Sentriol yang bertindak sebagai tubuh basalis akan tumbuh menjadi silia dan flagella. pada pembentukan aksomen silia dan flagella, dari masing-masing pembuluh triplet pada sentriol tumbuh 2 mikrotubula. Karena pada sentriol ada 9 set mikrotubula triplet, maka pada aksomen juga terdapat 9 set mikrotubula tepi tetapi masing-masing hanya mengandung 2 mikrotubula.
BIOMAS AS OPPORTUNITY

SUMMARY (  UNIT 2 )

          Energy consumption is a yardstick for a country’s development. In Thailand it is very high and linked with economic growth. Furth more, some 60 % of the employed population receive their income directly or indirectly from agriculture or the agro-industry. Thailand needs to seriously look at a risk on the impact of climate change with improved ability and capacity to cope with its effects. One example of more efficient resource management in the Agro-industry is palm oil production.

Which had selected the palm oil sector as a pilot industry for promoting efficient energy use in agro industry. The goal was to realize a very promising idea namely, to cease the disposal of the waste water from CPI palm oil production using a conventional arragment of open waste water pools and instead implement a closed system that would enable the resulting biogas to be used as a source of energy.

Energy is a prime mover of economic growth, and this is definitely true. In particular, Thailand has put in place multi faceted policy packages which put country at forefront of  bio energy development  for both power and head generations, liquid transportation  fuel and biogas from wastes and co-products from agro industry.

COMMENT :


Major developments should conserve energy and agro-industry, especially in making more efficient use of energy and resources.
By : Emy Suryati