LAPORAN KKL
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
“JAMUR (FUNGI), LICHENS DAN
LUMUT(BRYOPHYTA),”
Dosen Pengampu :
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laily M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 5
·
Qurrota A’yun (11620006)
·
Emy Suryati (11620014)
·
Riza Nurhermi Ningtyas (11620022)
·
Dyah Puspita Sari (11620032)
·
Hidayatullah (11620075)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG 2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Fungi
adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof
yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam
sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar
anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali
yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri.
Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran
keturunan yang memiliki penampilan yang sama sekali berbeda
Lichen sebagai tumbuhan pioneer memiliki peranan yang sangat penting
dalam kehidupan. Jenis ini menjadi tumbuhan perintis pada daerah-daerah yang
keras dan kering sehingga pada akhirnya dapat mendukung pertumbuhan organisme
lainnya. Saat ini Lichen telah banyak dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat dan
beberapa jenis Asolichen telah dimanfaatkan dan dapat pula dikonsumsi,
Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk
dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, "lumut"). Tumbuhan
lumut sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ
fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati.
Lebih
jelasnya tentang fungi (jamur), lichen (lumut kerak) dan bryophyte (lumut). kami
melakukan penelitian tentang ketiganya tersebut di Pemandian Air Panas Taman
Hutan Raya R.Soeryo Cangar Jawa Timur dan juga akan di amati beberapa spesies
yang telah di temukan.
I.2
Tujuan
Tujuan diadakannya Kerja Kuliah Lapangan
ini adalah :
1. Untuk menerangkan adanya variasi pada tumbuhan jamur, lichen dan lumut
2. Untuk menyebutkan ciri-ciri tumbuhan jamur, lichen dan lumut
3. Untuk menjelaskan cara reproduksi jamur, lichen dan lumut
4. Untuk dapat menyebutkan dimana jenis-jenis jamur, lichen dan lumut tersebut
didapatkan
5. Untuk menunjelaskan fungsi bagian-bagian morfologi dan anatomi talus gametofit dan sporofit
I.3 Manfaat
Hasil dari Kerja Kuliah Lapangan ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Pengetahuan
tentang jamur, lichen dan lumut
2.
Memanfaatkan
pembudidayaan jamur, lumut dan lichen
3.
Informasi
bagi para produsen tentang jamur, lichen dan lumut
4.
Pemahaman bagi mahasiswa tentang semua tumbuhan
yang ada di Pemandian Air Panas Taman Hutan Raya R.Soeryo Cangar Jawa Timur
5.
Pengetahuan bagi mahasiswa dalam membedakan
semua spesies dari jamur, lichen dan
lumut yang ditemukan
BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
2.1.1 Waktu
Kerja
Kuliah Lapangan (KKL) ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 02 Desember
2012 pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.
2.1.2 Tempat
Penelitian ini dilakukan di Pemandian Air Panas Taman Hutan Raya
R.Soeryo Cangar Jawa Timur dan juga akan di amati beberapa spesies yang telah
di temukan.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
Alat yang digunakan yaitu:
1. Alat tulis 1
buah
2. Alat dokumentasi (Foto dan Video) 1
buah
3. Amplop atau plastic Secukupnya
2.2.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan langsung
di ambil dari Hutan Raya R.Soeryo Cangar yaitu:
1. Jamur (Fungi) Secukupnya
2. Lumut kerak (Lichen) Secukupnya
3. Lumut (Bryophyta) Secukupnya
2.3 Cara Kerja
1. Dicari jamur, lichen dan lumut di Hutan Raya R.Soeryo Cangar
2. Diambil jamur, lichen dan lumut yang ditemukan
3. Didokumentasikan masing-masing dari spesies jamur, lichen dan lumut yang
sudah ditemukan
4. Dimasukkan jamur, lichen dan lumut kedalam amplop atau plastik
5. Diidentifikasi masing-masing spesies jamur, lichen dan lumut yang
ditemukan
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Crepidotus autochthonus
3.1.1 Gambar hasil pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
(Gunawan, 1999)
|
3.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi
ilmiah dari Crepidotus autochthonus adalah sebagai berikut (Hasnunidah, 2009):
Kingdom
: Fungi
Divisio :
Basidiomycota
Class
: Agaricomycetes
Ordo :
Agaricales
Genus : Crepidotus
Species
: Crepidotus autochthonus
3.1.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil
pengamatan, jamut ini memiliki tubuh berwarna cokelat muda dan memiliki lamela
pada bagian bawahnya. Habitat dari jamur ini adalah pada batang pohon yang
sudah mati. Bentuknya seperti ginjal dan teksturnya empuk seperti spons. Jamur
ini juga tidak memiliki stipe.
Crepidotus variabilis adalah, kecil berbentuk
ginjal jamur yang
muncul pada ranting matipohon
berdaun lebar
di musim gugur dan
musim dingin.
Lampiran hampir selalu sessile (tidak
memiliki batang) (Ganjar, 2006).
Banyak pihak
berwenang memberikan status
keluarga genus sebagai Crepidotaceae, sementara
yang lain termasuk genus Crepidotus dalam Inocybaceae keluarga, ini
harus menjadi peringatan bahwa jamur kecil
ini bukan
untuk makan, karena
beberapa spesies Inocybe yang mematikan beracun(Ganjar, 2006).
Tudung berdiameter 0,5–2 cm, berbentuk
ginjal hingga bulat, berwarna putih, tekstur tipis. Lapisan himenium (gill)
jarang, berwarna putih, radial dari pangkal hingga ke tepi tudung. Tidak
bertangkai atau rudimenter. Spora berwarna kuning pucat, berbentuk ellip,
permukaannya licin, berukuran 16–8 x 3–4 mikron. Habitatnya ranting
/cabangyang lapuk, tersebar atau dalam kelompok(Darmono, 2000).
3.2
Pleurotus ostreatus
3.2.1 Gambar hasil pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
|
(Gunawan, 1999)
|
3.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi ilmiah dari Pleurotus
ostreatus adalah sebagai
berikut (Hasnunidah, 2009):
Kingdom : Fungi
Phyillum :
Basidiomycota
Class : Homosasidiomycetes
Ordo :
Agaricales
Family :
Tricholomataceae
Genus :
Pleurotus
Species :
Pleurotus ostreatus
3.2.3 Pembahasan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Pleurotus ostreatus mempunyai bagiab-bagian seperti tudung,lamella
dan stipe. bentuk seperti kipas dan memiliki warna putih. jamur ini hidup di
permukaan batang pohon yang sudah melapuk karena jamur tiram merupakan salah
satu jamur kayu.
Warna jamur Pleurotus
sp. putih bersih, jika terkadang
ada seperti warna kecoklatan (seperti tiram coklat atau turam kelabu) hal ini
bukan dikarenakan warna aslinya. Tetapi lebih disebabkan oleh cuaca. Terkadang
jika siang hari suhu agak panas dengan kelembaban rendah, lalu pada sore hari
disiram dan mengenai tubuh buah ini yang menybabkan jamur sedikit
kecoklatan(Ganjar, 2006).
Jamur tiram
adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas homobasidiomycetes
dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih
hingga krem dan tudung berbentuk
setenganh lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tegak agak cekung. jamur
tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus engryngii dan sering dikenal dengan
sebutan king oyster mushroom. Di alam bebas
jamur tiram bisa dijumpai hamper sepanjang tahun dihutan pegunungan daerah yang
sejuk. tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang
sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang. Karena jamur tiram
adaklah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu saat ingin membudidayakan jamur
ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. media yang umum
dipak untuk membiakkan jamur tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan
limbah daari penggergajian kayu (Meisetyani,1989).
Secara alami,
jamur tiram Pleurotus ditemukan di hutan dibawah pohon berdaun lebar
atau di bawah tanaman berkayu. Jamur tiram tidak memerlukan cahaya
matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih
cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah. Pertumbuhan
misellium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar (Gunawan, 2000).
Jamur
tiram mengalami dua tipe perkembang biakan yakni secara aseksual maupun
seksual. seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual
Basidiomycota secara umum terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara
endogen pada kantong spora atau sporangiumnya. spora aseksual disebut
konidiospora terbentuk dalam konidium. sedangkan secara seksua, reproduksinya
terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertibdak sebagai jantan dan
betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa. spora
seksual pada jamur tiram putih disebut
juga Basidiospora yang terletak pada kantung Baidium (Darmono, 2000).
Jamur tiram
juga memiliki berbagai manfaat yaitu sebagai makanan, menurunkan kolesterol, sebagai antibakterial dan antitumor, serta dapat menghasilkan enzim hidrolisis dan enzim oksidasi. Dilihat dari kandungan gizi yang
terdapat dalam jamur tiram maka bahan ini termasuk aman untuk dikonsumsi.
Adanya serat yaitu lignoselulosa baik untuk pencernaan (Trubus, 2007).
3.3 Amanita
vaginata
3.3.1 Gambar hasil pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
(Gunawan, 1999)
|
3.3.2 Klasifikasi
Klasifikasi ilmiah dari adalah Amanita vaginata
sebagai berikut (Gunawan, 1999):
Kingdom
: Fungi
Divisio :
Basidiomycota
Class :
Agaricomycetes
Ordo :
Agaricales
Family
: Amanitaceae
Genus : Amanita
Species :
Amanita vaginata
3.3.3 Pembahasan
Amanita vaginata Merupakan jenis
amanita yang dapat dikonsumsi. Tidak seperti jamur amanita yang lainnya, tidak terdapat cincin pada batang
amanita. Jamur ini tersebar luas di amerika utara, azora, skotlandia dan Australia (Latifah, 2004).
Tudung amanita
ramping coklat berbentuk oval yang selanjutnya berubah menjadi kerucut,
cembung, dan akhirnya mendatar.Warna tudung abu-abu atau kecoklatan, dengan
diameter 5,5-10 cm. Pada tepi tudung terdapat alur-alur yang panjangnya mencapai 1,2
cm. Permukaan tudung lengket saat kondisi lembap. Dibawah tudung terdapat bilah putih,
terletak bebas dari batanag sampai sedikit berlekatan dengan batang,
tersusun rapat,
dan terkadang terdapat sepuhan warna kelabu (Gunawan, 1999).
Batang
amanita ramping coklat ini berukuran 6-22 x 11-2 cm. Pada dasar batang tidak terdapat bulbus, sehingga lebar batang terlihat sama dari pangkal sampai ujung.
Namun, dasar batang juga diselubungi oleh volva yang bentuknya seperti kantong. Pada permukaan batang bagian atas terdapat kumpulan butiran
yang sangat halus (pruinose). Daging buah berwarna putih dan tipis, tidak berubah warna jika dipotong atau dipegang. Aroma dan rasa jamur ini lembut. Cetakan spora berwarna putih,
berbentuk bola, dan berukuran 8-12 cm ( Misra, 1978).
Amanita ramping
coklat tumbuh soliter atau banyak sebagai mikoriza. Jamur ini banyak ditemukan
di daerah perkotaan atau taman kota. Amanita ramping coklat juga ditemukan di area berumput di
pinggiran hutan. Jenis amanita ini bukanlah yang mengandung racun, tapi tetap dianjurkan tidak mengkonsumsinya jika tidak bisa mengidentifikasinya dengan benar (Latifah, 2004).
3.4 Russula
rosea
3.4.1 Gambar hasil pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
(Gunawan, 1999)
|
3.4.2 Klasifikasi
Klasifikasi
ilmiah dari Russula rosea adalah sebagai berikut (Meisetyani, 1989) :
Kingdom
: Fungi
Divisio :
Basidiomycota
Class :
Homobasidiomycetae
Ordo : Russulales
Family : Russulaceae
Genus : Russula
Species
: Russula rosea
3.4.3 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan, diketahui bahwa Russula rosea berwarna pink kemerahan , batangnya tebal
dan hidupnya ditanah yang lembab. Jamur ini hamper menyerupai bunga mawar.
Russula rosea atau dikenal
sebagai Russula Rosy adalah jamur, dan ditemukan dari
genus Russula. Topi
jamur cembung ketika muda, kemudian datar, cinnabar sebagian besar cerah
untuk carmine red, sering dengan bintik-bintik kuning dan sampai 10 cm
diameter. Insang pucat jerami kuning, rapuh, dan kadang-kadang dengan tepi
merah di tepi topi. Spora yang pucat-cream. Batang biasanya memerah carmine,
tetapi dapat menjadi putih murni. Daging adalah mencicipi keras dan pahit.
Jamur ini umumnya ditemukan di konifera hutan atau dekat beech pohon ( Misra, 1978).
Jamur spesies Russula rosea memiliki utup berwarna Merah
atau pink, sering krim menuju pusat, kadang-kadang seluruhnya krim, kering,
baik mengkilat atau matt, kadang-kadang sedikit bubuk. 4 sampai 9cm diameter,
cembung, kemudian merata atau developng depresi pusat sedikit. Peeling minimal
atau tidak sama sekali. Batangnya berdaging
putih, permukaan biasanya tetapi tidak selalu memerah carmine, terutama di
bagian atas, silindris, sedikit bengkak di bagian bawah, 4 sampai 10 cm panjang,
1 sampai 2 cm diameter ( Misra, 1978).
3.5 Hericium clathroides
3.5.1 Gambar hasil pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
(Gunawan, 1999)
|
3.5.2 Klasifikasi
Klasifikasi
ilmiah dari Hericium
clathroides adalah sebagai berikut (Meisetyani, 1989) :
Kingdom
: Fungi
Phylum
: Basidiomycota
Class :
Agaricomycetes
Ordo
: Russulales
Family
: Hericiaceae
Genus
: Hericium
Species
: Hericium clathroides
3.5.3 Pembahasan
Jamur
ini berwarna putih dan bercabang. Bentukkannya seperti duri lembut yang tebal
serta agak bergerombol. Habitat jamur ini adalah di batang kayu yang sudah
mati. Hidupnya menggantung pada inang.
Jamur ini memiliki bentuk tubuh buah yang sangat khas. Tubuh buah
berstruktur mirip pedelia yang berbentuk mirip rambut atau duri lembut tapi
tebal. Selain itu, tubuh buah terkadang berupa pedelia berjumlah banyak dan
rapat. Spesies ini tumbuh di pohon dan tanah. Penyebarannya meliputi Asia,
Eropa dan Amerika( Misra, 1978).
Morfologi khas, berupa serat tebal dengan warna putih, putih
kemerahan atau putih kotor. Lebar jamur ini 8-20 cm dengan tinggi 30 cm, lebih
tepat bukan tinggi melainkan panjang juntaian. Jamur ini umum ditemukan
menggelantung pada batang-batang pohon. Spora muncul pada lapisan luar. Spora
berbentuk membulat atau lonjong. Permukaan spora licin atau berbintil. Jamur
nasi sikat dapt mencapai berat beberapa kilogram( Misra, 1978).
Jamur ini dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat tradisional.
Sudah lama masyarakat jepang dan cina memanfaatkan spesies ini sebagai bahan
makanan dan obat. Jamur ini merupakan jamur yang bercita rasa enak. Masyarakat
sudah lama membudidayakan jamur ini, terutama di Cina, jepang dan America.
Jamur nasi sikat diproses menjadi berbentuk kapsul dan digunakan sebagai obat
antitumor, anti cacing dan anti kanker( Misra, 1978).
Tubuh berwarna putih dan tumbuh dengan menggantung.
Jamur ini bercabang dan agak bergerombol.
Bentukkannya seperti karang. Jamur ini
bercabang untuk membentuk pembentukan seperti karang. Ini berbeda
dari jamur karang
dalam hal itu tergantung dari inang bukannya tumbuh ke atas dari tanah
atau atau kayu (Latifah, 2004).
Berwarna
putih, spora terbentuk
pada permukaan luar dari banyak cabang itu.
Dapat tumbuh hingga beberapa kilo
berat badan, namun spesimen ini ukurannya
kecil yaitu 8cm, tinggi
sekitar 4cm dan
3-4cm lebar
dari arah luar tuan
rumah (Gunawan,1999).
Hericium
erinaceus adalah pilihan yang dimakan ketika muda, dan
tekstur jamur dimasak
sering dibandingkan dengan makanan laut.
Ini sering muncul dalam masakan vegetarian China untuk menggantikan daging babi atau domba. Jamur ini dibudidayakan
secara komersial pada log atau disterilkan
serbuk gergaji. Ini tersedia segar atau kering di
toko bahan makanan Asia (Gunawan,1999).
Hericium
adalah genus dari
jamur dalam keluarga Hericiaceae. Spesies dalam genus ini adalah putih
dan berdaging dan tumbuh pada kayu mati atau sekarat, tubuh buah menyerupai massa
es rapuh seperti
duri yang tersuspensi baik dari kerangka mendukung
bercabang atau dari bantal, tangguh bercabang
jaringan. Struktur khas telah menerima spesies
Hericium berbagai kepala umum nama-monyet, surai singa,
dan kepala beruang adalah contoh. Taksonomi, genus ini sebelumnya
ditempatkan dalam urutan Aphyllophorales, namun studi
molekuler baru-baru ini sekarang
menempatkannya di Russulales (Hasnunidah, 2009).
3.6 Hericium erinaceus
3.6.1 Gambar hasil pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
(Gunawan, 1999)
|
3.6.2 Klasifikasi
Klasifikasi
ilmiah dari Hericium erinaceus adalah sebagai berikut (Hasnunidah, 2009):
Kingdom
: Fungi
Phylum
: Basidiomycota
Class :
Agaricomycetes
Ordo
: Russulales
Family
: Hericiaceae
Genus
: Hericium
Species
: Hericium erinaceus
3.6.3 Pembahasan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa Hericium erinaceus tumbuh di kayu, warnanya putih dan menggelantung.
Kata latin erinaceus berarti landak. Nama ini diberikan karena
tubuh buah jamur tampak mirip duri-duri landak. Spesies ini bersifat saprofit,
tumbuh pada kayu lapuk dan batang pohon yang sesuai dengan habitatnya. Penduduk
local memberikan beragam nama bagi jamur ini, antara lain jamur kepala monyet,
jamur jenggot dan jamur landak. Tubuh
buah berwarna putih atau putih kotor (Hasnunidah, 2009).
Morfologinya seperti duri landak, jenggot atau untaian benai
terjuntai. Jamur yang tumbuh di batng pohion lapuk ini dapat mencapai berat
beberapa kilogram dengan panjang duri atau pedelia hingga 15 cm dan diameter
tubuh buah 20 cm. jamur ini mengeluarkan spora dari lapisan luarnya (Suryo,
2002).
Jamur landak tumbuh di Amerika, eropa, dan asia. Di cina dan
jepang, spesies ini banyak dibudidayakan. Selain dapt dijadikan bahan makana,
jamur ini jugadimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional, misalnya untuk obat
anti kanker, penyembuh saraf, antitumor, antimikrona dan anti cacing (Suryo,
2002).
3.7
Ganoderma lucidum
3.7.1 Gambar hasil pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
(Gunawan, 1999)
|
3.7.2 Klasifikasi
Klasifikasi ilmiah dari Ganoderma
lucidum adalah sebagai berikut (Suryo, 2002):
Kingdom
: Plantae
Divisio :
Fungi
Phylum
: Basidiomycota
Class :
Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Family : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Species
: Ganoderma lucidum
3.7.3 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan, diketahui bahwa Ganoderma
Lusidium tumbuh di batang kayu sehingga termasuk jamur kayu dan warna pada jamur
ini yaitu berwarna coklat.
Jenis-jenis
Ganoderma selain Ganoderma Lusidium yaitu
Ganoderma Applanatum ( jamur perang
), jamur ini tidak mengandung tangkai dan tumbuh hampir diseluruh belahan dunia
bahkan pernah mencatat rekor yaitu berat bisa mencapai 12 poun; Ganoderma sinense ( jamur ungu ), bentuknya hampir sama dengan
ganoderma lainnya, hanya saja berwarna ungu; Ganoderma Oregonense ( jamur perang tua ); Ganoderma Tsugae, berwarna merah agak lebih tua (Darmono,
2000).
Habitat
Ganoderma memerlukan lingkungan yang panas dan lembap, suhu antara 26 – 27
derajat Celsius untuk tumbuh. Oleh karena itu, banyak Ganoderma yang tumbuh
liar di hutan. Sebenarnya Ganoderma mudah ditemui di sekitar lingkungan kita,
Ganoderma biasa dilihat tumbuh pada pohon yang masih hidup ataupun yang sudah
mati. Biasanya paling banyak ditemui tumbuh pada tanaman angsana ( Pterocarpus Indica ) atau pohon kenari (
Canarium Commune ). Hidupnya pada
batang pohon bersifat parasit sehingga jika jamur ini tumbuh pada batang pohon
yang masih hidup maka disekitar jamur tersebut batang pohon tersebut akan lapuk (Darmono,
2000).
Manfaat Ganoderma
lucidum sebagai bahan obat yang sering digunakan
sebagai campuran minuman atau dibuat dalam bentuk kapsul. Kandungan senyawa
yang terdapat dalam jamur kayu berkhasiat meningkatkan kesehatan dan kebugaran
konsumennya, serta bisa juga sebagai pencegah kanker dan mencuci bahan-bahan beracun
yang ada di dalam tubuh (Hidayat, 1995).
3.8 Auricularia auricula
3.8.1 Gambar hasil pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
(Gunawan, 1999)
|
3.8.2 Klasifikasi
Klasifikasi ilmiah dari Auricularia auricula adalah sebagai berikut (Hidayat, 1995):
Kingdom
: Fungi
Divisio :
Amastigomycota
Class :
Basidiomycetes
Ordo :
Auriculariales
Family
: Auriculariae
Genus
: Auricularia
Species
: Auricularia auricula
3.8.3 Pembahasan
Auricularia auricula Merupakan spesies dari basidiomycota. Bentukannya menyerupai kuping
seperti lembaran bergelombangtidak beraturan dan agak rumit, besar seperti
mangkok (cawan). Jamur ini memiliki stipe yang pendek dan pada ujung stipe
terdapatalat pelekat yang berfungsi untuk melekat pada substrat. Tekstur dari
jamur ini kenyal.berwarna coklat tua pada bagian depan dan berwarna cokelat
muda pada bagian belakang. Pada permukaan bagian depan halus sedangkan pada
bagian belakang terdapat bulu-bulu halus. Jamur iniberfungsi sebagai bahan
makanan. Habitat dari jamur ini adalah dengan menempel di kayu atau di
dahan-dahan kering.
Jamur yang banyak dipakai untuk masakan Tionghoa, terdiri dari jamur kuping
putih (Tremella fuciformis), jamur kuping hitam (Auricularia
polytricha) dan jamur kuping merah (Auricularia auricula-judae) (Aryantha, 1999).
Jamur Kuping merupakan jamur yang pertama kali dibudidayakan bahkan sebelum
jamur Shiitake di Cina. Di Indonesia jamur Kuping sangat lumrah dikenal di
kalangan masyarakat menengah ke bawah setelah jamur merang. Masyarakat
tradisional masih sering mengambil jamur ini dari alam yang biasanya tumbuh
pada batang-batang yang sudah lapuk. Jamur Kuping terutama jenis jamur kuping
hitam (Auricularia polytricha) saat ini sudah banyak dibudidayakan secara
modern dalam log-log serbuk kayu (Aryantha, 1999).
Menurut data statistik, produksi segar jamur kuping (worldwide) menempati
urutan keempat (346.000 ton) setelah Champignon, Tiram dan Shiitake pada tahun
1991 (Gunawan, 1999).
Tubuh buah
kenyal atau seperti gelatin jika dalam keadaan segar dan menjadi keras seperti
tulang jika kering, berbentuk mangkok atau kadang-kadang dengan cuping seperti
kuping yang berasal dari titik pusat perlekatan. Diameter 2-15, tipis,
bergading, dan kenyal. Permukaan luar steril, seringkali berurat, berbulu
sangat kecil atau berambut. Warnanya cokelat muda sampaicokelat, menjadi
kehitaman jika mengering. Permukaan dalam fertil, licin sampai agak berkerut,
bergelatin jika basah, berwarna kuning cokelat, cokelat keabu-abuan, cokelat,
ungu, dan menjadi hitam jika kering. Tangkai tidak ada atau mengalami
rudimeter. Jejak spora putih; spora berada di permukaan dan biasanya beada di
permukaan bawah, berukuran12-8 x 4-8 mikron, berbentuk sosis, licin. Basidium
mempunyai sekat melintang sebanyak tiga buah (Gunawan, 1999).
Hidup
soliter atau bergerombol pada batang kayu, ranting mati, tunggul kayu, dan
lain-lain; melekat pada substrat secara sentral atau lateral. Penyebaran pada
kayu keras dan konifer. Tubuh buah jamur sering kali dijumpai pada musim hujan (Latifah,2004).
3.9
Graphis scipta
3.9.1 Gambar hasil pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
(Misra, 1978)
|
3.9.2 Klasifikasi
Klasifikasi
ilmiah dari Graphis scipta adalah sebagai berikut (Misra, 1978):
Kingdom
: Plantae
Divisio :
Lichenophyta
Class :
Ascolichenes
Ordo : Graphydales
Family : Grapidaceae
Genus : Graphis
Species : Graphis scipta
3.9.3 Pembahasan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa Graphis scipta tergolong dalam bentuk crustose, lichenes ini hidup
menempel di kulit batang-batang pohon. lichens ini memiliki thallus yang
berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon
atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya.
Lichen merupakansimbiosis antara jamur (mycobionts) dan alga atau
cyanobakteria (photobionts). lichen dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu
crustose,foliose dan fructicose. Lichen tumbuh di batang pohon, tanah , batuan,
dinding,atau substrat lainnya, dan dalam berbagai kondisi lingkungan mulai dari
daerah gurun sampai daerah kutub. Lichen tumbuh sangat lambat bahkan hanya beberapa centimeter dalam setahun. Lichen
yang memiliki ukuran keci, datar, tipis, dan selalu melekat ke permukaan batu,
kulit pohon atau diatas permukaan tanah
merupakan bentuk Crustose, contohnya Graphis
scipta, Acarospora sp. atau pleosodium sp (Misra, 1978).
Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan alga
sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lumut ini
hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di atas tanah terutama di daerah
sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang
tinggi. Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir
batu. Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan
tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup
pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini
tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali (Gunawan, A.W. 2000).
Lichenes
juga dimakan oleh hewan rendah maupun tingkat tinggi seperti siput, serangga,
rusa dan lain-lain. Rusa karibu menjadikan sejumlah jenis lichenes sebagai
sumber makanan pada musim dingin, yang paling banyak dimakan adalah Cladina stellaris. Kambing gunung di
Tenggara Alaska memakan lichenes dari jenis Lobaria
linita (Misra, 1978).
3.10 Parmelia acetabulum
3.10.1
Gambar hasil pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
( Hasnunidah, 2009)
|
3.10.2
Klasifikasi
Klasifikasi ilmiah dari adalah sebagai berikut Parmelia acetabulum adalah sebagai berikut (Misra, 1978):
Kingdom
: Plantae
Divisio :
Thallophyta
Class :
Ascolichenes
Ordo : Discomycetales
Family : Discomycetaceae
Genus : Parmelia
Species : Parmelia acetabulum
3.10.3
Pembahasan
Pengamatan pertama kami mengamati
lichenes, di sini kami mengamati lumut kerak pada pohon yaitu Paramelia
acetubulum Bentuk talus lembaran – lembaran seperti kulit nya hidup pada pohon dan batu – batu dan bertalus.
Kebanyakan cendawan yang menyusun
Lichenes tergolong ke dalam Ascomycetes terutama Discomycetes, dan
kadang-kadang Pyrenomycetales, dan Basidiomycetes. Kebanyakan cendawan tertentu
bersimbiosis dengan ganggang tertentu pula. Bentuk-bentuk Lichenes ditentukan
berdasarkan materi genetik pasangan fungi, bergabung dengan photobiont untuk
perkembangan bentuknya di bawah kondisi yang tepat. Lichenes tunggal dapat
berkembang menjadi dua bentuk yang sangat berbeda ketika bergabung dengan
ganggang hijau atau cyanobacteria.
Beberapa Lichenes ada yang seperti batang (Foliose lichenes) lainnya menjadi penutup seperti cover dasar seperti kulit kering/ kerak (Crustase lichenes), ada yang seperti mengadopsi bentuk semak-semak (Fructicose lichenes) dan ada yang seperti agar-agar. Bentuk Lichenes pada Parmelia acetabulum ialah; Schrubby lichenes merupakan tipe Lichenes yang tumbuh tegak/lurus dan bercabang banyak dan kelihatan seperti semak belukar. Alat tambahan untuk lapisan bawah bermacam-macam dari yang memiliki pegangan yang kuat ke badan, beberapa diantaranya tampak seperti lumut menggantung yang lurus berumbi (Misra, 1978).
Beberapa Lichenes ada yang seperti batang (Foliose lichenes) lainnya menjadi penutup seperti cover dasar seperti kulit kering/ kerak (Crustase lichenes), ada yang seperti mengadopsi bentuk semak-semak (Fructicose lichenes) dan ada yang seperti agar-agar. Bentuk Lichenes pada Parmelia acetabulum ialah; Schrubby lichenes merupakan tipe Lichenes yang tumbuh tegak/lurus dan bercabang banyak dan kelihatan seperti semak belukar. Alat tambahan untuk lapisan bawah bermacam-macam dari yang memiliki pegangan yang kuat ke badan, beberapa diantaranya tampak seperti lumut menggantung yang lurus berumbi (Misra, 1978).
Warna Lichenes berbeda-beda
tergantung pada pigmen-pigmen khusus yang menyusun, meskipun tidak ada pigmen,
Lichenes biasanya berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Ketika Lichenes
basah, lapisan luarnya menjadi lebih transparan dan lapisan photobiont yang
mendasari menjadi tampak, membuat Lichenes abu-abu atau coklat berubah menjadi
warna hijau muda atau hijau pudar. Macam-macam pigmen yang terang terdapat di
lapisan luar adalah asam usnic kuning muda yang tersebar luas. Tetapi
pigmen-pigmen yang lain menghasilkan macam-macam Lichenes yang kuning, orange
atau merah. Warna-warna yang berbeda dalam spesies tergantung pencahayaan,
genetik, usia, dan lainnya (Tjitrosoepomo, 2009).
Lichenes memiliki klasifikasi yang
bervariasi dan dasar klasifikasinya secara umum dan pada Parmelia
acetabulum, berdasarkan
Komponen Cendawan yang menyusunnya termasuk ascholichen. Jika cendawan yang menyusunnya tergolong
dalam Phyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium,
misalnya Dermatocarpon dan Verrucaria. Jika cendawan penyusunnya tergolong
dalam Discomycetales, Lichenes membentuk tubuh buah yang berupa apotesium.
Berlainan dengan Discomycetales yang hidup bebas yang apotesiumnya hanya
berumur pendek. Apotesium pada Lichenes ini berumur panjang, bersifat seperti
tulang rawan dan mempunyai askus yang berdinding tebal. Dalam golongan ini
termasuk Usnea (rasuk angin) yang berbentuk semak kecil dan banyak terdapat
pada pohon-pohonan di hutan apalagi di daerah pegunungan (Tjitrosoepomo, 2009).
Sedangkan berdasarkan alga yang
menyusun tallus termasuk Heteromerous. Sel alga terbentuk terbatas pada bagian
atas tallus dan komponen jamur menyebabkan terbentuknya tallus, alga tidak
berupa gelatin Chlorophyceae. Dan
berdasarkan Tipe Tallus dan Kejadiannyatermasuk Crustose atau Crustaceous merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di atas batu, tanah atau kulit
pohon. Seperti Rhizocarpon pada batu, Lecanora dan Graphis pada kulit kayu.
Mereka terlihat sedikit berbeda antara bagian permukaan atas dan bawah.
Pada Lichenes, antara fungi dan
Algae diberikan tafsiran yang berbeda-beda. Ada yang menafsirkan sebagai
mutualisme, karena dipandang keduanya dapat memperoleh keuntungan dari hidup
bersama itu. Misal, ganggang memberikan hasil-hasil fotosintesis terutama yang
berupa karbohidrat kepada cendawan, dan sebaliknya cendawan memberikan air dan
garam-garam kepada ganggang. Dapat juga hubungan antara ganggang dan jamur itu
dianggap sebagai suatu helotisme. Keuntungan yang timbal balik itu hanya
sementara, yaitu pada permulaannya saja, tetapi akhirnya ganggang diperalat
oleh cendawan –menyerupai hubungan majikan dengan budak (heloot) (Sulisetjono, 2012).
Beberapa bukti bahwa simbiosis
Lichenes merupakan bentuk parasitisme untuk sel-sel Algae, dimana pasangan
photosintesis dapat berada di alam secara bebas berdiri sendiri, tetapi tidak
sebaliknya. Sel-sel photobiont dimusnahkan secara terus menerus pada saat
pertukaran nutrisi. Penggabungan ini mampu berlanjut karena sel-sel photobiont
dihasilkan lebih cepat daripada yang dihancurkan. Pada umumnya, simbiosis
Lichenes lebih dipertimbangkan untuk keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangbiakan dari fungi. Untuk sebagian Algae, simbiosis mungkin suatu
keharusan untuk kelangsungan hidupnya, sedangkan pada yang lainnya kadang tidak
bermanfaat bagi Algae. Nah, inlah yang menjadi kontroversi apakah simbiosis
Licehenes menjadi sebuah hubungan yang mutualisme atau parasitisme (Sulisetjono, 2012).
3.11 Parmelia caperata
3.11.1
Gambar hasil pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
( Hasnunidah, 2009)
|
3.11.2
Klasifikasi
Klasifikasi ilmiah dari adalah Parmelia
caperata adalah sebagai berikut (Hasnunidah, 2009):
Kingdom
: Plantae
Divisio :
Lichenes
Class :
Ascolichenes
Ordo :
Lecanorales
Family
: Parmeliaceae
Genus
: Parmelia
Species :
Parmelia caperata
3.11.3
Pembahasan
Kata
latin caperata berarti berkerut. Ini merupakan spesies liken berbentuk daun
atau foliose. Simbion berupa alga coklat sehingga warna tubuh buah menjadi coklat.
Terkadang alga hijau juga merupakan simbionnya.
Jenis ini
banyak terdapat di Indonesia, tumbuh pada batang tanaman dan kayu lapuk di
batuan. Tubuh buah mengkerut dengan tepian putih. Kerutan tubuh buah berbentuk mirip
mangkuk. Liken ini lazim tumbuh dalam koloni pada batang tumbuhan yang lapuk.
Daerah dengan kelembapan tinggi sangat disukainya, terutama di tepian sungai.
Liken kerut berkembangbiak dengan dua cara,yaitu seksual dan aseksual. Apothesia muncul pada tubuh
buah dengan bentuk mangkuk berisiaskus. Askus berisi spora dengan bentuk lonjong.
Perkembangbiakan aseksual atau vegetative dilakuakan dengan pemisahan bagian tubuh
yang kemudian tubuh menjadi individu baru (Hasnunidah, 2009).
Marga parmelia
merupakan marga liken yang besar dengan penyebaran luas. Jenis-jenisnya memiliki
talus berbentuk foliose atau lobatus. Terdapat korteks atas dan bawah, dan menempel
pada substrat dengan rhizine. Fotobion parmelia adalah ganggang hijau golongan Trebouxioid
. Sporatunggal, tidak berwarna, berbentuk ellips, dan berjumlah 2-9 per askus
(Latifah, 2004).
3.12 Andreaeaidea sp
3.12.1
Gambar hasil pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
|
( Hasnunidah, 2009)
|
3.12.2
Klasifikasi
Klasifikasi ilmiah dari Andreaeaidea sp adalah sebagai berikut (Sulisetjono, 2012):
Kingdom
: Plantae
Divisio :
Bryophyta
Class :
Bryopsida
Ordo : Andreaeales
Family : Andreaeaceae
Genus
: Andreaeaidea
Species
: Andreaeaidea sp
3.12.3
Pembahasan
Berdasarkan
hail pengamatan, berwarna hijau dan hidup dengan menempel di permukaan
bebebatuan. Jika dipegang permukaannya terasa halus.
Ciri –ciri
dari Andreaeaidea yaitu protonema
berbentuk seperti batang atau pita yang bercabang, daun-daun tersusun spiral rapat dan
menutupi batang , gametangium terdapat pada ujung cabang tetapi anteridium dan arkegonium
terdapat pada cabang yang berbeda, sporangium terdiri dari kaki dan
kapsul. Hanya terdiri dari 1 ordo saja yaitu ordo Andreaeales
dan 1 famili yaitu famili Andreaeaceae dengna 2 genus yaitu Andreaea dan
Neuroloma (Latifah, 2004).
Andreaea
sp. Adalah salah satu spesies dari lumut daun, karena tubuh gametofitnya sudah
dapat dibedakan antara batang dan daun meskipun belum mempunyai akar selain
rhizoid. Sporofit terdiri dari kaki, seta, dan kapsul. Bagian seta umumnya
panjang, sedangkan bagian kapsul tersusun dari kotak spora di mana didalamnya
terdapat kolumela. Kotak spora mempunyai tutup tetapi tidak semua jenis lumut
mempunyai tutup kapsul. Andreaea sp mempunyai organ berupa rhizoid dan
mikrofil (daun kecil-kecil). Habitat dari spesies ini adalah di tempat yang
lembab dan cara hidupnya dengan saprofit (menempelpada inang yang telah mati). Andreaea
sp berkembangbiak dengan cara fertilisasi spora dan biasanya di manfaatkan
sebagai makanan ternak
(Latifah, 2004).
3.13 Marchantia
polymorpha
3.13.1
Gambar hasil pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
|
(Latifah, 2004)
|
3.13.2
Klasifikasi
Klasifikasi ilmiah dari Marchantia polymorpha adalah sebagai berikut(Sulisetjono, 2012):
Kingdom
: Plantae
Divisio :
Bryophyta
Class :
Hepaticopsida
Ordo :
Marchantiales
Family : Marchantiaceae
Genus : Marchantia
Species : Marchantia polymorpha
3.13.3
Pembahasan
Marchantia
adalah tumbuhan yang tersebar luas pada tempat yang lembab dan ternaungi. Lumut
hati berbentuk lembaran daun yang tumbuh menempeldiatas permukaan tanah.
permukaan aaatas tubuhnya berwarna hijau dan mengkilap, sedangkan permukaan
bawahnya penuh dengan rhizoid yang berfungsi untuk menempel dan menghisap zat-zat
makanan. Marchantia memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan
tanaman lumut yang lain, antara lain adalah tubuhnya tersusun dari talus
dorsi-ventral yang berwarna hijau gelap.
Ciri-ciri umum Marchantia sp.
adalah tubuhnya tersusun atas struktur berbentuk hati pipih yang biasanya
disebut tallus yang tidak terdeferensiasi antara akar,batang dan daun
(Hidayah,1995).
Ciri-ciri khusus Marchantia sp.
sebagai berikut (Hidayah,1995):
1.
dapat
melakukan reproduksi aseksual dengan sel yang disebut gemma (seperti mangkuk
yang terdapat dipermukaan gametofit)
2.
gametofit
ialah tallus bearacabang dikotomi yang pipih berwarna hijau dan ada tulang daun
yang nyata
3.
tumbuhan
jantan dan betina berasingan
4.
anteridium
berada pada suatu cakra yang di sokong di atas tallus oleh tangkai anteridiofor
5.
arkegonium
juga berada pada cakra yang disokong oleh arkegoniofor
6.
sporofit
berkembang di bagian bawah “payung”arkegoniofor
7.
mempunyai
kaki, seta, dan kapsul
8.
kapsul
menjadi kuning apabila matang dan spora haploid di bebaskan
Dikehidupan
sehari-hari tumbuhan lumut memiliki manfaat sebagai berikut (latifah, 2004) :
1.
dalam
ekosistem yang masih alami, lumut merupakan tumbuhan perintis karena dapat
melapukkan batuan sehingga dapat ditempati oleh tumbuhan lain
2.
sebagai
penyedia oksigen
3.
sebagai
penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons)
4.
sebagai
penyerap polutan
5.
lumut
jenis Marchantia sp.dapat digunakan
sebagai obat radang hati.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa:
1. Jamur merupakan organisme
tingkat rendah yang belum mempunyai akar, batang, daun sehingga disebut dengan
tumbuhan tallus. Tubuh lichenes dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai
kemiripan dengan alga dan jamur. Sedangkan Pada lumut, akar yang
sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekat dengan perantaraan Rhizoid (akar
semu).
2. Tubuh jamur terdiri dari uniseluller dan multiseluller, sel
berbentuk benang (hifa), sel bersifat
eukaryotik, tidak mempunyai klorofil, dan sebagai parasit
atau saprofit. Lichen sangat tahan terhadap kekeringan dan pertumbuhan talusnya sangat lambat. Lumut belum memiliki akar sejati, memiliki
klorofil atau zat hijau daun sehingga cara hidupnya fotoautotrof, dan akar
pada tumbuhan lumut masih berupa rhizoid.
3.
Cara reproduksi pada jamur yaitu secara generatif, vegetatif, fragmentasi (pemisahan),
membelah diri
dan tunas (budding).
Cara reproduksi pada lichen yaitu dengan
perantaan soredium. Dan cara reproduksi pada lumut yaitu secara
aseksual dengan pembentukan spora haploid dan reproduksi seksual
dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
4.
Jamur
ditemukan pada tempat yang lembab dan tidak menyukai akan adanya cahaya, lichen
ditemukan sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga di atas tanah,
terutama di daerah tundra dan lumut ditenukan di daerah yang lembab.
4.2
Saran
Kerja Kuliah Lapangan yang
dilaksanakan di Hutan Raya R. Soeryo Cangar berjalan dengan lancar, tidak ada
suatu kendala apapun.
DAFTAR PUSTAKA
Aryantha, Nyoman. 1999. Pengantar Budaya Shitake dan Jamur
Kuping.
Bandung: Ilmu Hayati
Darmono, aji. 2000. Mikrobiologi
Dasar. Yogyakarta: bima sakti
Ekawatia Edawua, Nathania Ernita. 2007. Keanekaragaman
Bryophyta di
Pemandian
Air Panas Taman Hutan Raya R.Soeryo Cangar Jawa Timur.
Jakarta:
Erlangga
Ganjar
Indrawati dkk.2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta
: Yayasan Obor
Indonesia
Gunawan, AW. 1999. Usaha Pembibitan Fungi. Jakarta: Penebar
Swadaya
Hasnunidah, Neni. 2009. Botani Tumbuhan Rendah. Bandar Lampung:
Unila
Hidayat,Estiti.1995.TaksonomiTumbuhan
(cryptogamae).Yogyakarta:UGM Press
Imam Prasetyo, Triastono. 2004. Pengaruh Jenis Substrat Terhadap Kulttur
Lumut
Hati Marchantia polmata
March (L) yang Berasal dari Ketinggian Tempat
Berbeda.
Jurnal Forum Penelitian. Vol.16.No.2.Hal: 113-128
Latifah, Eka.
2004. Biologi
2. Bandung : Rosdakarya
Meisetyani. 1989. Study Keanekaragaman Morfologi dan Genetik
Jamur Tiram.
Bandung: IPB
Misra, A,R.P. Agrawal. 1978. Lichenes. Bombay: Oxford and IBH
Sulisetjono.2012. Botani Tumbuhan Lumut. Malang: UIN Malang
Suriawiria, U. 2001. Sukses
Beragrobisnis Jamur. Jakarta: Swadaya
Suryo. 2002. Budidaya Jamur Konsumsi. Jakarta: Agromedia
Pustaka
Tjitrosoepomo, Gembong.2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar