Pages

Senin, 03 November 2014

bioetika



REKAYASA GENETIKA
A.    Latar Belakang

Rekayasa genetika merupakan salah satu teknik bioteknologi yang dilakukan dengan cara memindahkan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya (dikenal juga dengan istilah transgenik). Tujuannya adalah untuk menghasilkan organisme yang memiliki sifat-sifat tertentu sehingga mendatangkan keuntungan yang lebih besar bagi manusia.

Rekayasa genetika memegang peranan penting dalam merubah susunan genetika makhluk hidup sesuai dengan keperluan manusia di masa ini. Rekayasa Genetika (transgenik) atau juga yang lebih dikenal dengan Genetically Modified Organism (GMO) dapat diartikan sebagai manipulasi gen untuk mendapatkan galur baru dengan cara menyisipkan bagian gen ke tubuh organisme tertentu. Rekayasa genetika juga merupakan Pencangkokan Gen atau ADN Rekombinan. Rekayasa Genetik, dinyatakan sebagai kemajuan yang paling mengagumkan semenjak manusia berhasil memisahkan atom (Shannon, 1995).

Penerapan rekayasa genetika mempengaruhi kehidupan manusia di bumi ini. Organisme yang dihasilkan dari rekayasa genetika, diharapkan memiliki sifat-sifat yang unggul, yang berbeda dari tanaman atau organisme sebelumnya. Perkembangan bioteknologi dalam pemuliaan tanaman merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam industri pertanian. Namun, keberadaan tanaman hasil rekayasa genetik dan penggunaan tanaman transgenik memiliki kontroversi di masyarakat. Hal ini menimbulkan polemik bagi masyarakat terhadap keberadaan makanan hasil tanaman transgenik yang sudah tersebar luas di berbagai pasar. 

Ilmuwan telah menyisipkan gen ke dalam sel dari organisme-organisme lain. peyisipkan gen-gen dari bakteri ke dalam sel tanaman pangan misalnya tomat, gandum, padi, dan kentang. Hal ini memungkinkan tanaman untuk dapat bertahan hidup dalam kondisi yang tercekam. Sebagai seorang biologiwan kita harus  mempertimbangkan asal usul gen yang akan disisipkan sehingga tidak melanggar konsep bioetik yang berlaku.

B.     PEMBAHASAN

Metode transformasi genetik tanaman merupakan metode alternatif untuk menghasilkan tanaman pangan hasil rekayasa genetik yang memiliki sifat-sifat unggul, diantaranya ketahanan terhadap hama dan penyakit, ketahanan terhadap herbisida, perubahan kandungan nutrisi dan peningkatan daya simpan. Transformasi genetik adalah suatu perpindahan gen asing yang diisolasi dari tanaman, virus, bakteri atau hewan ke dalam suatu genom baru. Pada tanaman, keberhasilan transformasi genetik ditunjukkan oleh keberhasilan pertumbuhan tanaman baru yang normal, fertil dan dapat mengekspresikan gen baru hasil insersi. Proses transformasi genetik terdiri dari beberapa tahap yaitu insersi, integrasi, ekspresi dan pewarisan sifat DNA baru(Manuhara, 2006).

Beberapa tanaman transgenik dalam bidang pertanian, seperti halnya dengan jagung Bt, dimana jagung ini disisipi gen bakteri Bacilus thuringiensis yang mampu memproduksi kristal protein untuk membunuh seranga pengangu sehinga jagung ini lebih tahan terhadap serangan hama. Contoh lain adalah beras golden rice yang disisipi gen untuk memproduksi beta karoten sehinga meningkatkan nilai nutrisi beras (Motulo dalam Darmasiwi, 207). Selain itu ada kapas, ubi jalar, kedelai, kentang gula bit, dan tomat (Brandner, 202). Jenis-jenis tanaman transgenik tersebut diantaranya adalah kelompok tanaman tahan hama, toleran herbisida, tahan antibiotik, tanaman dengan kualitas nutrisi lebih baik, serta tanaman dengan produktivitas lebih tingi. Tanaman transgenik resistensi terhadap penyakit, tahan terhadap kekeringan, dan pertambahan kandungan gizi (Brandner, 202; Muladno, 202) dalam (Manuhara, 2006).

Penggunaan rekayasa genetika khususnya pada tanaman tidak terlepas dari pro-kontra mengenai penggunaan teknologi tersebut, (Shannon, 1995):
1.    Tanaman transgenik memiliki kualitas yang lebih tinggi dibanding degan tanaman konvensional, memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca sehingga penanaman komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan secara capat dan menghemat devisa akibat penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia serta memiliki produktivitas yang lebih tinggi.
2.    Teknik rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman yaitu memperbaiki sifat-sifat tanaman dengan menambah sifat-sifat ketahanan terhadap cengkeraman hama maupun lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga tanaman transgenik memiliki kualitas lebih baik dari tanaman konvensional serta bukan hal yang baru karena sudah lama dilakukan tetapi tidak disadari oleh masyarakat. 
3.    Mengurangi dampak kerusakan dan pencemaran lingkungan, misalnya tanaman transgenik tidak perlu pupuk kimia dan pestisida sehingga tanaman transgenik dapat membantu upaya perbaikan lingkungan 

Rekayasa genetik ke dalam sel tubuh suatu organisme menimbulkan khawatirkan jika material genetik yang ditransfer tersebut dapat merugikan kesehatan konsumennya. Hal ini bisa menjadi sangat relevan jika terjadi transfer gen yang resisten terhadap antibiotik digunakan dalam pembuatan produk organisme rekayasa genetik. Walaupun sangat kecil peluang terjadinya transfer tersebut.Sehubungan dengan adanya kekhawatiran tersebut, maka diperlukan prinsip kehati-hatian dalam sistem yang terstruktur untuk melakukan pengkajian risiko pangan hasil rekayasa genetik.
Tanaman pangan hasil rekayasa genetika merupakan pangan yang diturunkan dari makhluk hidup hasil rekayasa genetik. Pada umumnya pangan sebagian besar bersumber dari tanaman, dan tanamanlah yang sekarang ini paling banyak dimuliakan melalui teknik rekayasa genetika. Pemanfaatan pangan rekayasa genetik, mengundang kekhawatiran bahwa pangan tersebut mungkin dapat menimbulkan risiko terhadap kesehatan manusia.

Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang RI No.7 Tahun 1996 tentang Pangan, Pasal 13 ayat (1), dinyatakan bahwa setiap orang yang memproduksi pangan atau menggunakan bahan baku, bahan tambahan pangan, dan atau bahan bantu lain dalam kegiatan atau proses produksi pangan yang dihasilkan dari proses rekayasa genetik wajib terlebih dahulu memeriksakan keamanan pangan bagi kesehatan manusia sebelum diedarkan. Informasi Keamanan Pangan, meliputi(Ahmad, 2010) :
1. Kesepadanan Substansial
2. Perubahan Nilai Gizi
3. Alergenisitas
4. Toksisitas
5. Pertimbangan Lain-lain, diantaranya :
a. Potensi akumulasi zat yang signifikan terhadap kesehatan manusia
b. Gen penanda ketahanan terhadap antibiotik
Untuk itu masyarakat harus melihat dari aspek agama, hukum, dan sosial-budaya. Apabila agama sudah menghalalkan dan secara hukum sudah dilegalkan, maka setelah itu tergantung setiap individu, apakah akan mengkonsumsi atau tidak berbagai makanan hasil olahan dari produk tanaman transgenik tersebut berdasarkan sudut pandang  yang dimilkinya. Dengan demikian tidak menimbulkan konflik l yang merugikan kita semua. Sikap pro dan kontra wajar dan sah-sah saja sebasebagai salah satu hak asasi setiap orang, sepanjang dilakukan berdasarkan aturan, etika dan saluran yang benar.

C.    Penutup

Tanaman transgenik meskipun dapat meningkatkan produksi, kesehatan dan kualitas hidup manusia, namun dalam pengunanya hendaknya mempertimbangkan aspek bioetika, hukum (legal), aspek social budaya (termasuk faktor ekonomi dan politk), dan aspek etika terhadap lingkungan.

Pengambilan suatu keputusan untuk melakukan percobaan dan mengadopsi temuan yang dapat dianggap paling bermanfaat dari beberapa aspek harus memikirkan dampak negative dan positif disekitarnya. Rekomendasi Etika dan Bioetika yaitu: Mulai dari diri sendiri dan saling mengingatkan, dan kembangkan etika profesi.
D.    Sumber Referensi

Karmana, I Wayan. 2009. Adopsi tanaman transgenic Dan beberapa aspek pertimbangannya. Ganec Swara.Vol. 3 No.2
Manuhara, Y. Sri Wulan. 2006. Pengembangan Metode Transformasi Genetik Tanaman Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Manusia. Surabaya. Biodiversitas isbn : 979 – 98109 – 1 – 4
Yusuf, Ahmad .2010.Badan Pengawas Obat Dan Makanan.Infopom.Vol XI. No.1

Shannon, Thomas . 1995. Pengantar Bioetika (diterkemahkan oleh K. Bertens). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Selasa, 14 Oktober 2014

‘’PERKECAMBAHAN BIJI’’
Perkecambahan biji merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Biji akan berkecambah setelah melewati masa dormansinya yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal misalnya, kulit biji yang tahan atau impermeable, atau adanya penghambat tumbuh. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor lingkungan yang meliputi air, suhu, kadar oksigen, dan kadang-kadang cahaya.
Air
Kebutuhan air diberbagai tanaman berbeda-beda. Beberapa benih ada yang bertahan pada kondisi air yang berlebihan namun adapula yang peka terhadap air. Perkecambahan akan terjadi bila kebutuhan air pada benih tercukupi, karena air berfungsi untuk (1) melunakkan kulit benih sehingga embrio dan endosperma membengkak dan menyebabkan retaknya kulit benih (2) memungkinkan pertukaran gas sehingga suolai oksigen kedalam benih terjadi (3) mengencerkan proto plasma sehingga terjadi proses-proses metabolisme didalam benih dan (4) mentranslokasikan cadangan makanan ketitik tumbuh yang memerlukan.
Suhu
           Suhu dapat mempengaruhi pergerakan molekul yang menyusun enzim, pada suhu yang rendah enzim akan inaktif. Selain itu suhu juga mempengaruhi impermeabilitas membran yang tersusun oleh lipid dan protein. Suhu yang rendah pada benih yang tidak toleran dapat mengubah sifat membran karena membran yang tersusun dari protein tidak tahan pada suhu yang tinggi.

            Kadar Oksigen
           Kadar oksigen yang rendah dapat menghambat perkecambahan kecuali pada benih padi dan beberapa tanaman air. Terhambatnya perkecambhan tersebut dikarenakan substrat yang diubah dalam cadangan makanan melalui proses pembongkaran (respirasi) menghasilkan energi yang sangat sedikit bahkan tidak menghasilkan ATP.
Pengaruh gas karbondioksida terhadap perkecambhan benih berbeda dengan oksigen. Hampir semua benih terhambat perkecambahannya bila konsentrasi karbondioksida lebih dari 0,03%. Namun peningkatan konsentrasi karbondioksida ruang simpan dapat mempertahankan viabilitas benih.
  Cahaya
Pengaruh cahaya hanya terjadi pada benih yang lembab, hal ini disebabkan karena fitokrom (pigmen penyerap cahaya) tidak aktif pada benih berkadar air rendah. Penyinaran dengan cahaya merah (660 nm) mengubah fitokrom menjadi bentuk  biologi aktif dan dapat menyerap sinar infra merah sehingga perkecambahan dapat terjadi. Penyinaran dengan sinar infra merah mengubah kembali fitokrom menjadi penyerap sinar merah dan menghambat perkecambahan.

Proses Awal Perkecambahan
1.      Imbibisi
Imbibisi merupakan proses difusi atau dapat pula disebut proses osmosis atau absorbsi.  Disebut difusi karena pada sel benih kering yang mempunyai nilai tekanan osmosis yang tinggi menyebabkan air bergerak dari tekanan yang rendah ketekanan yang tinggi. Disebut osmosis atau absorbsi karena dinding sel kulit benih dan protoplas benih permeabel terhadap molekul-molekul air. molekul-molekul air yang mengisi antar ruang dan antar molekul sel dari benih disebut proses  absorbsi.

Permeabilitas Kulit Benih dan luas permukaaan benih
Benih yang berkulit keras bersifat impermeabel terhadap air sehingga tidak akan berkecambah dalam jangka waktu perkecambahan, walau benih tersebut dikecambahkan dalam medium perkecambahan dengan kelembaban yang cukup. Daya imbibisi air dikurangi oleh adanya lipid, tanin atau pektat pada kulit benih. Peresapan air dapat bertambah apabila benih direndam dalam air panas atau alkohol untuk menghilangkan senyawa-senyawa penghambat masuknya air kedalam benih. Kecepatan penyerapan air oleh benih berbanding lurus dengan luas permukaan benih yang berhubungan dengan selaput air.

Komposisi Kimia Benih dan konsentrasi air
Benih yang mengandung protein yang tinggi lebih cepat menyerap air sampai tingkat tertentu daripada benih yang berkarbohidrat tinggi. Benih dengan kadar minyak tinggi sedangkan proteinnya rendah kecepatan serapannya sama dengan benih yang berkarbohidrat tinggi.
Imbibisi air oleh benih akan lebih cepat jika ditempatkan pada air murni. Tekanan difusi air mempengaruhi imbibisi, benih akan lebih lambat menyerap air pada tanah kering atau tanah salin karena tekanan difusi pada tanah tersebut rendah.
2.      Pengaktifan Enzim Dan Hormon
Imbibisi akan meningkatkan kandungan air didalam benih. Air merupakan kebutuhan dasar perkecambahan untuk mengaktifkan enzim dan jaringan  yang berperan dalam proses metabolisme. Setelah imbibisi aktivitas enzimatis didalam biji distimulus oleh hormon gibberelin yang berperan dalam pembentukan enzim-enzim hidrolisis seperti α-amilase, protease, ribonuklease, β-glukonase serta fosfatase. Enzim-enzin ini akan berdifusi kedalam endosperm menjadi gula, asam amino, dan nukleosida yang mendukung tumbuhnya embrio selama perkecambahan an pertumbuhan kecambah.

3.      Perombakan Cadangan Makanan
Setelah air masuk ke benih terjadilah reaktivasi enzim dan hormon, maka berlangsunglah proses perombakan didalam jaringan cadangan makanan. Perombakan cadangan makanan meliputi reaksi-reaksi perombakan (katabolisme) dan biosintesis komponen-komponen sel untuk pertumbuhan (anabolisme).

4.      Pertumbuhan Awal Dari Embrio
Pertumbuhan awal dari embrio selama proses perkecambahan ditandai dengan peningkatan bobot kering dari komponen-komponen embrio. Selama 120 jam perkecambahan terjadi penurunan bobot kering kotiledon seiring dengan peningkatan bobot kering dari komponen embrio (hipokotil, epikotil, radikel, plumula). Kejadian ini menunjukkan bahwa jaringan cadangan makanan berfungsi sebagai sumber nutrisi  bagi poros embrio yang akan tumbuh dan berkembang.

5.      Pecahnya Kulit Benih Dan Munculnya Radikel
Ha ini menunjukkan bahwa proses perkecambahan sedang berlangsung. Akibat terjadinya pemanjangan dan pembelahan sel muncul akar, pada umumnya hampir semua benih mengalami pemanjangan sel terlebih dahulu kemudian diikuti oleh pembelahan sel. Pemanjangan sel terjadi dalam 2 fase, yaitu (1) pemanjangan sel radikel yang menunjukkan aktivitas sel dalam pembentukan dinding sel baru selama proses pemanjangan. (2) pemanjangan radikel secara cepat menyebabkan munculnya radikel dan benih berubah dari organisme yang autotrof menjadi heterotrof.

6.      Pertumbuhan Kecambah
Kecambah  mulai tumbuh sebagai organisme yang heterotrof bila ia mulai menyerap air dan melakukan fotosintesis. Pada awal pertumbuhan (fase transisi) kecambah mulai memproduksi makanannya walau masih bergantung pada cadangan makanan yang tersedia didalam endosperma, sedikit demi sedikit endosperma mengosong. Pada saat ini tanaman muda berkembang menjadi organisme autotrof.






Kamis, 12 Juni 2014

Reproduksi (Replikasi Virus)


Partikel virus diluar sel inang tidak mempunyai kegiatan metabolic yang mandiri dan tidak mampu bereproduksi melalui proses-proses yang khas bagi jasad-jasad renik lain. perbanyakan berlangsung dengan replikasi yaitu protein virus beserta komponen-komponen asam nukleatnya bereproduksi didalam sel-sel  inang yang rentang.
Proses keseluruhan infeksi itu dapat digambarkan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut : virion melekat pada suatu sel inang yang rentan pada situs-situs yang kurang lebih spesifik. seluruh virus atau asam nukleatnya menembus masuk kedalam sel itu. Bila yang menembus masuk kedalam sel itu seluruh virus, maka harus terjadi pelepasan selubung virus terlebih dahulu untuk membebaskan asam nukleatnya.
Reproduksi virus terjadi didalam sitoplasma, didalam inti ayau dikedua-duanya. Protein serta komponen-komponen asam nukleat virus dirakit menjadi partikel virus dan dibebaskan menjadi sel inang. Dengan demikian maka langkah-langkah infeksi virus yaitu pelekatan atau adsorpsi,  penetrasi dan pelepasan selubung, replikasi dan biosintesis komponen virus, Perakitan dan pematangan, pembebasan
Proses Replikasi Virus pada Siklus Litik
            Untuk berkembangbiak, virus memerlukan lingkungan sel yang hidup. Virus hanya dapat berkembang biak (bereplikasi) pada medium yang hidup (embrio, jaringan hewan, jaringan tumbuhan). Karena virus tidak memiliki sistem enzim dan tidak dapat bermetabolisme, maka virus tidak dapat melakukan reproduksi sendiri. Untuk berkembangbiak mereka harus menginfeksi sel inang. Ada dua macam cara menginfeksi virus yaitu fase litik dan fase lisogenetik. Berikut akan diuraikan kedua macam daur hidup virus terutama penginfeksi bakteri dan fage. Daur litik, virus akan menghancurkan sel hospes setelah berhasil melakukan replikasi. Adapun tahapanya sebagai berikut:

1)   Fase adsorbsi/ attachment/ pelekatan
Pelekatan virus merupakan proses interaksi awal antara partikel virus dengan molekulreseptor pada permukaan sel inang. Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik antara molekul reseptor seluler dengan antireseptor pada virus. Beberapa jenis virus memerlukan molekul lainnya untuk proses pelekatan yaitu koreseptor.
Molekul reseptor yang target pada permukaan sel dapat berbentuk protein (biasanya glikoprotein) atau residu karbohidrat yang terdapat pada glikoprotein atau glikolipid.  Beberapa virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki lebih dari satu reseptor sehingga mempunyai beberapa rute untuk berikatan dengan sel. Reseptor virus mempunyai beberapa kelas yang berbeda :
·         molekul immunoglobulin-like superfamily
·         reseptor terkait membrane
·         saluran dan transporter transmembran

2)   Fase injeksi/ penetration
 Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam nukleatnya (DNA dan RNA) masuk kedalam sel. Jadi, kapsid virus tetap berada diluar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid lepas dan tidak berfungsi lagi. Penetrasi terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan virus pada reseptor di membran sel. Proses ini memerlukan energi Tiga mekanisme yang terlibat:
·         Translokasi partikel virus
Proses translokasi relatif jarang terjadi di antara virus dan mekanisme belom sepenuhnya dipahami benar, kemungkinan diperantarai oleh protein di dalam virus kapsid dan reseptor membran spesifik.
·         Endositosis virus ke dalam vakuola intraseluler
proses endositosis merupakan mekanisme yang sangat umum sebagai jalan masuk virus ke dalam sel. Tidak diperlukan protein virus spesifik selain yang telah digunakan untuk pengikatan reseptor.
·         fusi dari envelope dengan membran sel (untuk virus yang berenvelope)
Proses fusi virus berenvelop dengan membran sel baik secara langsung maupun dengan permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam sitoplasma. Diperlukan adanya protein fusi spesifik dalam envelop virus, misalnya : HA influenza dan glikoprotein transmembran(TM) Rhinovirus.

3)   Fase sintesis
Virus tidak memiliki “mesin” biosintetik sendiri. Virus akan menggunakan mesin biosintetik inang (misalnya bakteri) untuk melakukan kehidupanya. Karena itu, pengendali biosintetik bakteri yakni DNA bakteri, harus dihancur-hancurkan. Untuk itu DNA virus memproduksi enzim penghancur. Enzim penghancur akan menghancurkan DNA bakteri tapi tidak menghancurkan DNA virus. Dengan demikian bakteri tidak mampu mengendalikan mesin biosintetik sendiri.
 DNA viruslah sangat berperan, DNA virus mengambil alih kendali kehidupan. DNA virus mereplikasikan diri berulangkali dengan jalan menkopi diri membentuk DNA virus dengan jumlah banyak. Selanjutnya DNA virus tersebut melakuakn sintesis protein virus yang akan dijadikan kapsid dengan menggunakn ribosom bakteri dan enzim-enzim bakteri. Jelasnya, didalam sel bakteri yang tidak berdaya itu disintesis DNA virus dan protein yang akan dijadikan sebagai kapsid virus, dalam kendali DNA virus.

4) Fase perakitan/assembly
Kapsid yang disintesis mula-mula terpisah-pisah antara bagian kepala, ekor, dan serabut ekor. Bagian-bagian kapsid itu dirakit menjadi menjadi kapsid virus yang utuh, kemudian DNA virus masuk didalamnya. Kini terbentuklah tubuh virus yang utuh. Jumlah virus yang tebentuk 100-200 buah.
Perakitan merupakan proses pengumpulan komponen-komponen virion pada bagian khusus di dalam sel. Selama proses ini, terjadi pembentukan struktur partikel virus. Proses ini tergantung kepada proses replikasi di dalam sel dan tempat di mana virus melepaskan diri dari sel. mekanisme perakitan bervariasi untuk virus yang berbeda-beda. Contoh : proses perakitan Picornavirus,Poxvirus, dan Reovirus terjadi di sitoplasma, sementara itu proses perakitan Adenovirus , Poliovirus, dan Parvovirus terjadi di nukleus.

5)   Fase Pematangan
Pematangan merupakan tahap dari siklus hidup virus dimana virus bersifat infeksius. pada tahap ini terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang kemungkinan dihasilkan oleh pemecahan spesifik protein kapsid untuk menghasilkan produk yang matang. protease virus danenzim seluler lainnya biasanya terlibat dalam proses ini.

6) Fase litik/release
            Ketika perakitan virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim lagi, yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri hancur, dinding sel bakterimengalami lisis (pecah), dan virus-virus baru akan keluar untuk mencari inang yang lain. Fase ini merupakan fase lisisnya sel bakteri namun bagi virus merupakan fase penghamburan virus.
            Penelitian pada fag yang menyerang bakteri Esherichia coli menunjukkan bahwa ada virus yang mengakibatkan bakteri mengalami lisis dan ada yang tidak. Virus T4 mengakibatkan bakteri mengalami lisis dan karenanya daur hidup virus tersebut disebut sebagai daur litik. Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan diri dari sel inang melalui dua mekanisme :
·         untuk virus litik (semua virus non-selubung), pelepasan merupakan proses yang sederhana, dimana sel yang terinfeksi terbuka dan virus keluar.
·         untuk virus berselubung, diperlukan membran lipid ketika virus keluar dari sel melewati membran , proses ini dikenal sebagai budding.

Proses Replikasi Virus pada Siklus Lisogenik
            Daur lisogenik merupakan fase replikasi dimana virus tidak menghancurkan sel bakteri. Pada siklus ini sel inangnya tidak hancur tetapi disisipi oleh asam nukleat dari virus. Tahap penyisipan tersebut kemudian membentuk provirus. Adapun tahapanya sebagai berikut: 

1)   Fase adsorbsi
            Fase adsorbsi ditandai dengan melekatnya ekor virus pada dinding sel bakteri. Virus menempel hanya pada tempat-tempat khusus, yakni pad permukaan dinding sel bakteri yang memiliki protein khusus yang dapat ditempeli protein virus. Menempelnya virus pada protein diding sel bakteri itu sangat khas, mirip kunci dan gembok. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah menempel, virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri dan sel inang.
2)   Fase injeksi/penetration
            Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam nukleatnya (DNA dan RNA) masuk kedalam sel. Jadi, kapsid virus tetap berada diluar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid lepas dan tidak berfungsi lagi.
3)   Fase penggabungan
            Ketika memasuki fase injeksi, DNA virus masuk kedalam tubuh bakteri. Selanjutnya, DNA bakteri atau melakukan penggabungan. DNA bakteri berbentuk silkuler, yakni seperti kalung yang tidak berujung dan berpangkal. DNA tersebut berupa benang ganda yang terpilin. Mula-mula DNA bakteri putus, kemudian DNA virus menggabungkan diri diantara benang yang putus tersebut, dan akhirnya membentuk DNA sikuler baru yang telah disisipi DNA virus. Dengan kata lain, didalam DNA bakteri terknadung DNA genetik Virus.
4)   Fase pembelahan
            Dalam keadaan tersebut itu, DNA virus tidak aktif, yang dikenal sebagai profag. Karena DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri, maka jika DNA bakteri melakukan replikasi, profag juga ikut melakukan replikasi. Misalnya saja jika bakteri akan membelah diri, DNA menhkopi diri dengan proses replikasi. Dengan proses replikasi. Dengan demikian profag juga ikut terkopi. Terbentuklah dua sel bakteri sebagai hasil pembelahan dan didalm setiap sel anak bakteri tekandung profag yang identik. Demikian seterusnya hingga proses pembelahan bakteri berlangsung berulangkali sehingga setiap sel bakteri yang terbentuk didalam terkadung profag. Dengan demikian jumlah profag mengikuti jumlah sel bakteri yang ditumpanginya.
5)   Fase sintesis
            karena radiasi atau pengaruh zat kimia tertentu profag taktif. Profag tersebut memisahkan diri dari DNA bakteri, kemudian menghanacurkan DNA bakteri. Selanjutnya, DNA virus mengadakan sintesis yakni mensintesis protein untuk digunakan sebagi kapsid bagi virus-virus baru dan juga melakukan replikasi DNA sehingga DNA virus menjadi banyak.
6)   Fase perakitan
            Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungsi sebagai selubang virus. Kapsid yang terbentuk mencapai 100-200 kapsid baru. Selanjutnya DNA hasil replikasi masuk ke dalamnya guna membentuk virus yang baru. Setelah terbetuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri (uraian sama dengan daur litik). Virus-virus yang terbentuk berhamburan keluar sel bakteri guna menyerang bakteri baru. Dalam daur selanjutnya virus dapat mengalami daur litik atau daur lisogenik.